Ada 5 kesalahan besar yang sering dilakukan oleh para startup entrepreneur :
Kesalahan Pertama: Memendam atau Merahasiakan Ide yang Dimiliki
Orang-orang cenderung memendam idenya sendirian, karena takut orang
lain akan meniru idenya. Ia beranggapan bahwa orang lain bisa saja
menjalankan bisnis itu duluan tanpa kita. Padahal, justru orang akan
mengingat kita dengan ide yang kita miliki. Jadi kalau kita memiliki
ide, lebih baik
sharing ke siapapun itu. Mulai dari lingkungan
terdekat, ke keluarga, ke sahabat, bahkan sampai ke orang-orang yang
baru dikenal. Karena bisa saja mereka justru memberikan tambahan ide
atau saran terhadap ide yang kita miliki, sehingga dengan begitu ide
kita bisa lebih berkembang, tidak
stuck disitu-situ aja. Tidak hanya itu, mereka juga bisa mengenalkan kita kepada orang-orang yang akan menjadi investor kita.
Jadi, lebih baik ketika kita sudah memiliki ide, banyak-banyaklah
sharing
kepada orang lain, termasuk ke orang yang baru dikenal. Siapa tahu
mereka yang akan membantu kita, baik dari saran maupun kenalan investor.
Bisnis itu tidak ditentukan dari apa yang kita tahu, melainkan siapa
yang kita kenal.
It’s not WHAT you know, it’s WHO you know that matters
Kesalahan Kedua: Tidak Mencari Mentor
Kesalahan berikutnya adalah mereka tidak mencari mentor, langsung
menjalankan bisnis menggunakan uang tabungan sendiri tanpa ada yang
mengarahkan. Itu sangat berisiko. Saya bisa menjalankan bisnis di usia
muda karena punya banyak mentor, mulai dari seorang CEO di PT.Humpuss
Intermoda Tbk, sampai dosen kuliah juga menjadi mentor saya dulu. Saya
sering mengobrol dengan mereka tentang ide yang saya punya. “Saya
bercita-cita memiliki perusahaan di bidang Digital Marketing”. Itu saya
bicarakan dimana-mana, mulai dari dosen, keluarga, dan teman-teman saya.
Sampai akhirnya saya bertemu seorang mentor yang kebetulan mempunyai
passion yang sama dengan saya, kami sepakat untuk bekerja sama dan dia sebagai investornya.
Menjalankan bisnis bersama teman itu susah, soalnya teman kita juga
belum berpengalaman. Mereka tidak pernah menjalankan bisnis sebelumnya,
yang mereka kenal adalah kita sebagai teman. Dunia bisnis itu sangat
dinamis, teman bisa jadi musuh, dan musuh bisa jadi teman. Jadi lebih
baik kita harus punya mentor, karena mentor sudah lebih berpengalaman
dibanding teman kita sendiri. Mentor pasti pernah punya perusahaan dan
punya bisnis, pernah mengelola keuangan dan mengelola karyawan. Punya
mentor akan lebih membantu kita dalam mengarahkan dan mengelola bisnis
yang akan kita jalani.
Sebaiknya cari mentor yang memiliki
passion yang sama di
bisnis yang akan kita jalani. Biasanya mentor tidak akan keberatan jika
dimintai tolong untuk membimbing kita yang masih pemula. Justru mereka
akan merasa senang, mereka akan
share pengalamannya ketika masih susah,
share
tentang bagaimana mereka membangun bisnisnya dulu. Kita juga harus
pintar-pintar mengulik masa lalu mereka ketika sedang mengembangkan
bisnisnya. Dari situ biasanya mereka akan memberi nasihat-nasihat dan
pengalaman yang mereka rasakan ketika sedang menjalankan bisnis.
Kesalahan Ketiga: Tidak Terlibat dalam Sebuah Komunitas
Karena saya di bidang digital, saya mencari tahu ada bisnis apa saja
di Jakarta yang relevan dengan bisnis saya. Biasanya dari acara
kumpul-kumpul dan
gathering, saya bisa mendapat teman baru dan
project baru. Dari acara komunitas itulah biasanya kita bisa mendapat
sharing
dari teman-teman lain, serta mendapat nasihat dan kritikan. Bahkan ada
juga yang bercerita ketika mereka bangkrut, dan alasan kenapa mereka
bisa bangkrut. Dari situ kita bisa mendapat pembelajaran sehingga tidak
perlu
trial and error.
Kesalahan Keempat: Hanya Mengejar Modal
Starting business is all about survival
Biasanya untuk anak-anak muda yang ingin menjalankan bisnis, pasti
mencari tahu dulu masalah modal. Akhirnya yang mereka kejar adalah
mencari investor kesana kemari, sampai seluruh saudaranya dihubungi
untuk mendapatkan investor. Tapi setelah bisnisnya mulai jalan, mereka
jadi lupa tujuan dari bisnis itu sendiri apa. Menjalankan bisnis itu
tidak semata-mata untuk mendapatkan investor saja, tapi bagaimana
caranya dengan modal yang ada bisa digunakan secara optimal untuk
menghasilkan profit.
Mendapatkan investor itu baru langkah awal dari bisnis. Jadi kalau tidak punya
business model dan sumber pendapatan yang kuat, tinggal tunggu waktu saja sampai bisnis itu bangkrut. “
Starting business is all about survival”.
Jadi intinya, dengan modal yang dimiliki, bisa bertahan berapa lama.
Kalau tidak ada pendapatan, tapi hanya mengandalkan uang dari investor,
tinggal tunggu waktu saja.
Saya mendapat investor dari internet, kenal orang di internet dan akhirnya dapet
funding yang cukup lumayan. Modal itu baru satu langkah untuk menjalankan bisnis. Yang paling sulit adalah menjaga bisnis kita tetap
profitable dan
sustainable.
Maksudnya adalah menguntungkan dan berkelanjutan, bukannya “besok
profit tapi besoknya lagi rugi”. Tapi gimana caranya agar profit
tersebut terus tumbuh secara berkelanjutan.
Kesalahan Kelima: Melakukan Semuanya Sendirian
Kerap kali orang yang ingin memulai bisnis melakukan “
one man show”
alias melakukan semuanya sendirian. Misalnya seseorang yang suka main
game, ia menganggap tidak ada orang lain yang sesuai dengan
passion-nya. Sehingga ia lebih memilih untuk melakukan semuanya sendirian, mulai dari mencari
client, membuat game, sampai
meeting dengan
client.
Sehingga ketika dia sakit, bisnisnya tidak bisa jalan. Jadi ketika kita
sudah melihat prospek dari bisnis yang jalankan cukup bagus, kita harus
berani mempekerjakan orang lain. “
You are working ON the business, not IN the business”. Kita sebagai founder bertugas untuk berpikir lebih jauh lagi,
beyond day to day operation. Seperti misalnya mencari
partner baru, mencari
project
yang lebih besar, atau buka cabang di luar negeri. Karena founder yang
mendirikan perusahaan, perusahaan itu adalah jiwanya, sehingga founder
yang memutuskan perusahaannya mau dibawa kemana.
sumber : http://startupbisnis.com